Perguruan Tinggi! Mendengar kalimat tersebut yang terlintas di benak kita pastilah jenjang pendidikan yang di tempuh setelah menyelesaikan pendidikan di Sekolah Menengah Atas (SMA). Biasanya setelah kita lulus dari SMA, pertanyaan-pertanyaan yang selalu memenuhi otak kita adalah ”Ingin kuliah dimanakah kita?” serta ”Apakah kita bisa diterima di Perguruan Tinggi unggulan impian kita?” Perguruan tinggi atau Universitas dapat dikatakan merupakan jenjang pendidikan yang paling kompleks di antara jenjang pendidikan yang lain. Sebab bangku Universitas merupakan titian atau langkah awal kita untuk menentukan prospek kesuksesan diri kita di masa depan.
Mengungkap fenomena tentang arti penting atau tidaknya mengenyam bangku Universitas pastilah kita akan di hadapkan dengan argumen pro dan kontra. Karena tidak bisa kita pungkiri bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia ini teridiri dari berjuta-juta macam orang yang satu dengan lainnya mempunyai isi kepala atau pemikiran yang berbeda-beda mengenai suatu hal. Oleh karena itu mari kita cermati dan telaah bagaimana kuliah di Perguruan Tinggi dapat menjadi sesuatu yang penting dan mutlak ataukah hanya membuang waktu dan biaya kita saja.
Mengenyam bangku perkuliahan di pandang oleh sebagian masyarakat menjadi sangatlah penting. Karena sebagian besar dunia profesi yang kita cita-citakan dewasa ini menuntut kita mempunyai gelar yang hanya dapat kita peroleh setelah kita berhasil menyelesaikan pendidikan di Perguruan Tinggi, yaitu berupa gelar Sarjana. Berbagai profesi yang ada di lingkungan masyarakat kita seperti Dokter, Pengacara, Dosen, Diplomat, dan lain sebagainya dapat kita genggam dengan cara yang tidak instan. Dengan kata lain beberapa profesi tersebut tidak bisa diraih hanya dengan mengembangkan bakat dan keterampilan yang kita miliki saja. Sebab beberapa profesi tersebut membutuhkan proses pembelajaran dari disiplin ilmu masing-masing profesi tersebut tepatnya di bangku Perguruan Tinggi.
Selain itu, kuliah di Perguruan Tinggi terlebih lagi yang masuk ke dalam kriteria unggulan atau favorit (seperti Universitas Gajah Mada) pasti akan mendapatkan prestise di kalangan masyarakat sekitar. Sebagai contoh UGM. Universitas tersebut sudah termahsyur dari Nusantara hingga ke Mancanegara. Sebab hasil-hasil sarjana cetakan UGM telah menjadi orang yang sukses dan berkompeten di bidangnya. Oleh sebab itu sebagian besar masyarakat menganggap bahwa jangankan sarjana, baru diterima kuliah di UGM saja orang akan memberikan nilai lebih pada kita.
Sekarang kita akan beranjak membahas sebagian lapisan masyarakat yang lainnya yang memiliki pandangan bahwa kuliah di Perguruan Tinggi itu bukanlah suatu hal yang mutlak dan harus di prioritaskan. Karena mereka memandang bahwa kekayaan dan kesuksesan itu dapat diperoleh tanpa harus mengenyam pendidikan di Perguruan Tinggi. Tidak bisa di pungkiri bahwa di era globalisasi materi lebih memegang peranan penting dalam kehidupan masyarakat di banding pendidikan. Di zaman yang sarat akan persaingan tajam untuk dapat bertahan hidup ini ada sebagian orang yang memiliki pemikiran buat apa kita kuliah di Perguruan Tinggi apabila ujung-ujungnya setelah lulus dan menjadi sarjana kita hanya menganggur saja. Itu sama halnya dengan membuang waktu, biaya, dan energi kita saja. Karena apabila kita tilik biaya pendidikan saat ini juga melambung tinggi.
Berikut beberapa contoh potret nyata yang benar-benar saya temukan langsung sebagai bukti bahwa mengenyam pendidikan di Perguruan Tinggi tidak menjamin kesuksesan seseorang. Adalah Bapak Udin (30). Dia adalah salah satu satpam yang bekerja di SMA tempat saya bersekolah dulu. Dia tercatat sebagai Sarjana S1 Ilmu Politik di salah satu Perguruan Tinggi di Yogyakarta. Sungguh pemandangan yang sangat ironis. Seorang sarjana S1 hanya berprofesi sebagai seorang satpam SMA.
Pada dasarnya kesuksesan seseorang itu dapat diraih dengan banyak jalan. Seperti dengan pengembangan bakat yang dimiliki. Karena setiap orang di karuniai oleh Tuhan bakat dan keterampilan yang apabila seseorang dapat dengan tepat menyalurkannya akan mampu mengantarkan seseorang pada kesuksesan. Beberapa contoh profesi yang dapat ditekuni tanpa harus mengenyam pendidikan di Perguruan Tinggi. Seperti seorang atlet dan juga seorang pembalap. Mereka dapat mencapai gerbang kesuksesan sekaligus dapat menyalurkan bakat dan hobi mereka. Bahkan mereka pun bisa mengharumkan nama negara lewat prestasi yang mereka raih tanpa harus berkuliah dulu. Selain itu profesi artis. Dengan mengembangkan potensi akting yang mereka miliki, jumlah rupiah yang fantastis dapat mereka raup dengan mudah.
Selain itu kesuksesan dapat kita raih pula dengan jalan belajar dari pengalaman. Lewis (1998:137) menyatakan, ”Pengalaman adalah guru yang paling brutal. Tapi kita belajar, benar-benar belajar dari pengalaman.” Dari pernyataan Lewis di atas bahwa terdapat pula orang-orang yang mampu meraih kesuksesan hanya berbekal pengalaman yang ia kantongi. Salah satunya yaitu Bob Sadino. Tentu nama tersebut sudah tidak asing lagi di telinga kita. Dia adalah salah satu pengusaha terkemuka di dunia bisnis. Dulunya Bob Sadino hanya seorang hanyalah seorang pengantar telur yang bekerja pada seorang peternak. Dengan pengalamannya itu ia kemudian mempelajari penguasaan pangsa pasar sebelum ia memutuskan untuk terjun di dunia bisnis. Kini dapat kita lihat Bob berhasil mendirikan beberapa supermarket, memiliki beberapa usaha restoran cepat saji yang terkenal hingga ke mancanegara, dan bahkan merambah ke bisnis apartemen mewah. Dan itu semua ia lakukan tanpa harus duduk di bangku Universitas.
Dari penjelasan di atas, kita harus dapat menyikapi dengan bijak masalah pro dan kontra mengenai fenomena kuliah di Perguruan Tinggi. Mengenyam Pendidikan di Perguruan Tinggi atau tidak itu merupakan sebuah pilihan. Semua itu kita kembalikan pada pribadi masing-masing orang bagaimana ia akan mencapai kesuksesan dalam hidupnya. Karena pada dasarnya suatu kesuksesan itu tidak diukur dari seberapa besar materi yang dimiliki. Emerson (1988:179) menuturkan, ”Arti sukses adalah mengetahui bahwa seseorang telah hidup lebih mudah karena keberadaanmu.” Menilik penuturan Emerson tersebut dapat kita petik bahwa esensi dari sukses itu sendiri lebih mengacu pada menempatkan diri kita agar dapat berguna bagi orang lain.
sudahlah... jalani saja... apa yang sekarang ada di sini...
ReplyDelete